Indahnya dan Ramahnya Sawarna!
Lebaran kemarin, sesungguhnya saya tidak punyai rancangan berlibur. Selain tengah berhemat, terhitung malas bermacet-macet ria ke tempat-tempat wisata. Saya memiliki rencana pulang kampung saja ke Rangkasbitung, Lebak, Banten. Tapi sebab Ibu saya kekeuh idamkan ‘main’, saya pun tawarkan sebagian alternatif pergi ke Bandung atau Cirebon, asal naik kereta. Eh sayangnya tiket kereta pun telah ludes, maklum Lebaran, tetapi saya paling anti terlilit kemacetan panjang menuju Bandung.
Akhirnya nampak gagasan ke Pantai Sawarna, yang dari dulu sesungguhnya idamkan saya kunjungi. Apalagi tepat saya cek Google Map, wow garisnya biru, bukan merah! Karena perjalanannya jauh, lebih kurang 150km (3.5 — 4 jam dari Rangkasbitung), saya kudu pastikan penginapannya ada, soale bawa emak-emak. Kalau sampai dia marah, dapat kelar hidup gue.
Di Google Map ternyata cuma ada 3 penginapan. Sempat deg-degan sebab 2 penginapan pertama tidak ada kamar kosong. Tinggal Penginapan Srikandi. Saya hubungi orangnya, namanya Pak Encep (Sunda banget euy) yang bilang kamarnya tinggal 2, memakai AC dan non-AC. Saya bilang memakai AC dong, namanya terhitung orang kota hehe. Katanya harganya Rp 600ribu untuk 6 orang. Saya pikir-pikir sayang terhitung ya kalau kapasitas 6 orang cuma diisi 2. Akhirnya saya ajaklah tante, om dan sepupu-sepupu saya, sekalian penuhin mobil hehe Sawarna Srikandi .
Yowiss, besoknya kami pun berangkat. Lancar banget lho. Cuma dapat senyum-senyum manja tepat mengerti di berita kalau jalur ke Anyer dan Carita macet berjam-jam sampai terhadap pingsan-pingsan. Kasihan deh, rela liburan jadi pingsan. Buat yang belum dulu ke Sawarna, tinggal buka Google Maps aja, tetapi sebaiknya memakai provider Telkomsel yah. Soalnya sinyalnya paling kencang di situ, gak ada lawan.
Dari Bayah menuju Sawarna, kami melalui Pantai Pulomanuk, Karang Bokor, Pantai Goa Langir dan Pantai Ciantir. Jalanannya lumayan sempit, dapat sih 2 mobil tetapi seperti Tantri Kotak bilang, pelan-pelan saja. Kalau 2 mobil ketemu, salah satu kudu ngalah dan minggir dikit biar gak kesenggol. Bis terhitung dapat melalui kok. Karena libur panjang, lalu lintas agak ramai terlebih motor.
SUNSET DI SAWARNA
Setelah melalui Ciantir, nanti di kanan jalur ada lapangan parkir luas bertulisan Pantai Tanjung Layar. Parkir mobil saja disitu, tiket parkirnya Rp 25.000, terserah rela sampai kapan. Buat pemotor, saya tidak cukup mengerti biayanya berapa. Masih ada tiket masuk untuk pengunjung terhitung cuma Rp 5000. Dari lapangan parkir itu, kamipun dijemput oleh Pak Encep dan sebagian tukang ojek dengan cost Rp 10.000/orang sampai ke penginapan.
Suasananya sama dengan di kepulauan Seribu atau Gili Trawangan (minus bule). Sempat bingung tepat kami diantar ke penginapan Aliya, bukannya Srikandi. Tapi bener sih kamarnya ber-AC dan muat 6 orang, dapat 10 orang malah. Tau gitu, bawa rombongan ulang ya biar jadi rame. Ohya ada kamar mandi didalam dan lumayan bersih. Sayang air ledengnya keluarnya seiprit, menjadi yang rela mandi kudu nunggu airnya penuh dulu.
Mumpung tetap sore, kami rela lihat sunset dong. Ternyata tetap kudu jalur kaki dulu menuju pantai, lumayan jauh, lebih kurang 15 menit (500m — 1 km). Tapi perjalanan itu tidak sia-sia kok. Indah sekali sunsetnya. Keunikan pantai Sawarna adalah ada segi pantai yang berpasir dan segi pantai yang penuh karang. Disarankan berenang di pantai berpasir yang berkarang, sebab karangnya bakal memecah ombak pantai selatan yang besar sekali.
Di tepi pantai itu terhitung ternyata banyak sekali penginapan homestay, kebanyakan dengan kamar mandi luar atau kamar mandi umum yang berbayar (tarif untuk mandi Rp 5000, buang air Rp 3000). Saya dulu coba kamar mandi umumnya, tepat kebelet hehe, ternyata lumayan bersih lho. Saya terhitung baru tau ternyata banyak terhitung kamar penginapan yang tetap kosong, sayang belum terdaftar di Google Maps. Tapi banyak terhitung anak-anak muda yang berkemah sama juga di tepi pantai. Wah seru terhitung ya, sayang saya bawa anak-anak tua… uhuk uhuk.
Untuk makanan, don’t worry be kenyang. Banyak warung kok disana dan harganya sama ama makan di warteg. Gak digetok seperti kebanyakan berjalan di daerah wisata. Tapi kami sekeluarga menentukan makan di warung sama juga sebelah kamar kami. Tinggal teriak, “Masak apa bu?!” Terus dijawab, maunya dimasakin apa? Mantap kan! Makanan enak, harga murah, puasnya.